2.SHALAT
3.PUASA
4.ZAKAT
5.HAJI
Terjemahan Kitab Al-Bajuri Jilid 1: Kitab Shalat
Shalat adalah tiang agama dan merupakan kewajiban bagi
setiap muslim yang baligh dan berakal, kecuali bagi wanita yang sedang
haid dan nifas. Adapun kewajiban menunaikan ibadah shalat yaitu
berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’.
Dalam islam, shalat memiliki kedudukan yang sangat agung.
Maka, sungguh berdosa dan sangat merugi bagi mereka yang meninggalkan
kewajiban shalat, dan kafirlah orang yang menentang kewajiban shalat.
Dalam sehari semalam, ada 5 waktu shalat yang diwajibkan
bagi kaum muslim. Berikut uraian shalat 5 waktu yang kami ambil dari
kitab Al-Bajuri :
Shalat secara bahasa adalah do’a. Dan secara syara’,
sebagaimana yang di sampaikan oleh imam ar Rafi’i, adalah ucapan dan
pekerjaan yang di mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan
syarat-syarat tertentu.
وَهِيَ لُغَةً الدُّعَاءُ وَشَرْعًا كَمَا قَالَ
الرَّافِعِيُّ أَقْوَالٌ وَأَفْعَالٌ مُفْتَتَحَةٌ بِالتَّكَبِيْرِ
مُخْتَتَمَةٌ بِالتَّسْلِيْمِ بِشَرَائِطَ مَخْصُوْصَةٍ.
Sholat yang difardlukan ada lima. Dalam sebagian redaksi menggunkan bahasa “sholat-sholat yang difardlukan”.
(الصَّلَاُة الْمَفْرُوْضَةُ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ الصَّلَوَاتُ الْمَفْرُوْضَاتُ (خَمْسٌ)
Masing-masing dari sholat tersebut wajib di laksanakan
sebab masuknya awal waktu dengan kewajiban yang diperluas (tidak harus
segera dilakukan) hingga waktu yang tersisa hanya cukup digunakan untuk
melakukannya, maka saat itu waktunya menjadi sempit (harus segera
dilakukan).
يَجِبُ كُلٌّ مِنْهَا بِأَوَّلِ الْوَقْتِ وُجُوْبًا
مُوَسَّعًا إِلَى أَنْ يَبْقَى مِنَ الْوَقْتِ مَا يَسَعُهَا فَيَضِيْقُ
حِيْنَئِذٍ.
Sholat Dhuhur
Yaitu sholat Dhuhur. Imam an Nawawi berkata,“sholat ini
disebut dengan Dhuhur karena sesungguhnya sholat ini nampak jelas di
tengah hari.”
(الظُّهْرُ) أَيْ صَلَاتُهُ قَالَ النَّوَوِيُّ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّهَا ظَاهِرَةٌ وَسَطَ النَّهَارِ.
Awal masuknya waktu sholat Dhuhur adalah saat
tergelincirnya, maksudnya bergesernya matahari dari tengah langit, tidak
dilihat dari kenyataannya, namun pada apa yang nampak oleh kita.
(وَأَوَّلُ وَقْتِهَا زَوَالُ) أَيْ مَيْلُ (الشَّمْسِ) عَنْ
وَسَطِ السَّمَاءِ لَا بِالنَّظَرِ لِنَفْسِ الْأََمْرِ بَلْ لِمَا
يَظْهَرُ لَنَا
Pergeseran tersebut bisa diketahui denganbergesernya
bayang-bayang ke arah timur setelah posisinya tepat di tengah-tengah,
yaitu puncak posisi tingginya matahari.
وَيُعْرَفُ ذَلِكَ الْمَيْلُ بِتَحَوُّلِ الظِّلِّ إِلَى
جِهَةِ الْمَشْرِقِ بَعْدَ تَنَاهِيْ قَصْرِهِ الَّذِيْ هُوَ غَايَةُ
ارْتِفَاعِ الشَّمْسِ
Dan batas akhirnya waktu sholat Dhuhur adalah ketika
bayang-bayang setiap benda seukuran dengan bendanya tanpa memasukkan
bayang-bayang yang nampak saat zawal (gesernya matahari).
(وَآخِرُهُ) أَيْ وَقْتِ الظُّهْرِ (إِذَا صَارَ ظِلُّ كُلِّ شَيْئٍ مِثْلَهُ بَعْدَ) أَيْ غَيْرَ (ظِلِّ الزَّوَالِ)
Dhil secara bahasa adalah penutup/ pelindung, engkau berkata, “aku berada di bawah dhilnya fulan”, maksdnya perlindungannya.
وَالظِّلُّ لُغَةً السَّتْرُ تَقُوْلُ أَنَا فِيْ ظِلِّ فُلَانٍ أَيْ سَتْرِهِ
Bayang-bayang bukan berarti tidak adanya sinar matahari
sebagaimana yang di salah fahami, akan tetapi bayang-bayang adalah
perkara wujud yang di ciptakan oleh Allah Swt untuk kemanfaatan badan
dan selainnya.
وَلَيْسَ الظِّلُّ عَدَمَ الشَّمْسِ كَمَا قَدْ يُتَوَهَّمُ
بَلْ هُوَ أَمْرٌ وُجُوْدِيٌّ يَخْلُقُهُ اللهُ تَعَالَى لِنَفْعِ
الْبَدَنِ وَغَيْرِهِ.
Sholat Ashar
Dan Ashar, maksudnya sholat Ashar. Disebut dengan sholat Ashar, karena pelaksanaannya mendekatii waktu terbenamnya matahari.
(وَالْعَصْرُ) أَيْ صَلَاتُهُ وَسُمِّيَتْ بِذَلِكَ لُمَعَاصَرَتِهَا وَقْتَ الْغُرُوْبِ
Permulaan waktunya adalah mulai dari bertambahnya bayangan dari ukuran bendanya.
(وَأَوَّلِ وَقْتِهَا الزِّيَادَةُ عَلَى ظِلِّ الْمِثْلِ)
Sholat Ashar memiliki lima waktu. Salah satunya adalah waktu fadlilah, yaitu mengerjakan sholat di awal waktu.
وَلِلْعَصْرِ خَمْسَةُ أَوْقَاتٍ أَحَدُهَا وَقْتُ الْفَضِيْلَةِ وَهُوَ فِعْلُهَا أَوَّلَ الْوَقْتِ
Yang kedua adalah waktu ikhtiyar. Waktu ini diisyarahi oleh
mushannif dengan ucapan beliau, akhir waktu Ashar di dalam
waktu ikhtiyar adalah hingga ukura bayang-bayang dua kali lipat ukuran
bendanya.
وَالثَّانِيْ وَقْتُ الْاِخْتِيَارِ وَأَشَارَ لَهُ
الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ (وَآخِرُهُ فِي الْاِخْتِيَارِ إِلَى ظِلِّ
الْمِثْلَيْنِ)
Yang ketiga adalah waktu jawaz. Waktu ini diisyarahi oleh
mushannif dengan ucapan beliau, dan di dalam waktu jawaz hingga
terbenamnya matahari.
وَالثَّالِثُ وَقْتُ الْجَوَازِ وَأَشَارَ لَهُ بِقَوْلِهِ (وَفِي الْجَوَازِ إِلَى غُرُوْبِ الشَّمْسِ)
Yang ke empat adalah waktu jawaz tanpa disertai hukum
makruh. Yaitu sejak ukuran bayang-bayang dua kali lipat dari ukuran
bendanya hingga waktu ishfirar (remang-remang).
وَالرَّابِعُ وَقْتُ جَوَازٍ بِلَا كَرَاهَةٍ وَهُوَ مِنْ مَصِيْرِ الظِّلِّ مِثْلَيْنِ إِلَى الْاِصْفِرَارِ
Yang ke lima adala waktu tahrim (haram). Yaitu
meng-akhirkan pelaksanaan sholat hingga waktu yang tersisa tidak cukup
untuk melaksanakan sholat.
وَالْخَامِسُ وَقْتُ تَحْرِيْمٍ وَهُوَ تَأْخِيْرُهَا إِلَى أَنْ يَبْقَى مِنَ الْوَقْتِ مَا لَا يَسَعُهَا
Sholat Maghrib
Dan Maghrib, maksudnya sholat Maghrib. Disebut dengan sholat Maghrib karena dikerjakan saat waktu terbenamnya matahari.
(وَالْمَغْرِبُ) أَيْ صَلَاتُهَا وَسُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِفَعْلِهَا وَقْتَ الْغُرُوْبِ
Waktu sholat Maghrib hanya satu. Yaitu terbenamnya
matahari, maksudnya seluruh bulatan matahari dan tidak masalah walaupun
setelah itu masih terlihat sorotnya, dan kira-kira waktu yang cukup bagi
seseorang untuk melakukan adzan, wudlu’ atau tayammum, menutup aurat,
iqomah sholat dan sholat lima rokaat.
(وَوَقْتُهَا وَاحِدٌ وَهُوَ غُرُوْبُ الشَّمْسِ) أَيْ
بِجَمَيْعِ قَرْصِهَا وَلَايَضُرُّ بَقَاءُ شُعَاعٍ بَعْدَهُ
(وَبِمِقْدَارِ مَا يُؤَذِّنُ) الشَّخْصُ (وَيَتَوَضَأُ) أَوْ يَتَيَمَّمُ
(وَيَسْتُرُ الْعَوْرَةُ وَيُقِيْمُ الصَّلَاةَ وَيُصَلِّيْ خَمْسَ
رَكَعَاتٍ)
Perkataan mushannif “وَبِمِقْدَارِ إِلَخْ” terbuang dari sebagian redaksi matan.
وَقَوْلُهُ وَبِمِقْدَارِ إِلَخْ سَاقِطٌ مِنْ بَعْضِ نُسَخِ الْمَتْنِ
Ketika kadar waktu di atas sudah habis, maka waktu maghrib sudah keluar. Ini adalah pendapat Qaul Jadid.
فَإِنِ انْقَضَى الْمِقْدَارُ الْمَذْكُوْرُ خَرَجَ وَقْتُهَا هَذَا هُوَ الْقَوْلُ الْجَدِيْدُ
Sedangkan Qaul Qadim, dan diunggulkan oleh imam an Nawawi,
adalah sesungguhnya waktu sholat Maghrib memanjang hingga terbenamnya
mega merah.
وَالْقَدِيْمُ وَرَجَّحَهُ النَّوَوِيُّ أَنَّ وَقْتَهَا يَمْتَدُّ إِلَى مَغِيْبِ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ.
Sholat Isya’
Dan sholat Isya’. Isya’ dengan terbaca kasroh huruf ‘ainnya
adalah nama bagi permulaan petang. Sholat ini disebut dengan nama
tersebut karena dikerjakan pada awal petang.
(وَالْعِشَاءُ) بِكَسْرِ الْعَيْنِ مَمْدُوْدًا اسْمٌ لِأَوَّلِ الظُّلَامِ وَسُمِّيَتِ الصَّلَاةُ بِذَلِكَ لِفِعْلِهَا فِيْهِ
Permulaan waktu Isya’ adalah ketika terbenamnya mega merah.
(وَأَوَّلُ وَقْتِهَا إِذَا غَابَ الشَّفَقُ الْأَحْمَرُ)
Adapun negara yang tidak terbenam mega merahnya, maka waktu
Isya’ bagi penduduknya adalah ketika setelah ternggelamnya matahari,
sudah melewati masa tenggelamnya megah merah negara yang terdekat pada
mereka.
وَأَمَّا الْبَلَدُ الَّذِيْ لَايَغِيْبُ فِيْهِ الشَّفَقُ
فَوَقْتُ الْعِشَاءِ فِيْ حَقِّ أَهْلِهِ أَنْ يَمْضِيَ بَعْدَ الْغُرُوْبِ
زَمَنٌ يَغِيْبُ فِيْهِ شَفَقُ أَقْرَبِ الْبِلَادِ إِلَيْهِمْ
Sholat Isya’ memiliki dua waktu. Salah satunya adalah
waktu Ikhtiyar, dan di isyarahkan oleh mushannif dengan ucapan beliau,
“akhir waktuikhtiyar sholat Isya’ adalah memanjang hingga seperti malam
yang pertama.
وَلَهَا وَقْتَانِ أَحَدُهُمَا اخْتِيَارٌ وَأَشَارَ لَهُ
الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ (وَآخِرُهُ) يَمْتَدُّ (فِيْ الْاِخْتِيَارِ إِلَى
ثُلُثِ اللَّيْلِ)
Yang kedua adalah waktu jawaz. Dan mushannif memberi
isyarah tentang waktu ini dengan ucapan beliau, “dan di dalam
waktu jawaz hingga terbitnya fajar kedua, maksudnya fajar Shodiq, yaitu
fajar yang menyebar dan membentang sinarnya di angkasa.
وَالثَّانِيْ جَوَازٌ وَأَشَارَ لَهُ بِقَوْلِهِ (وَفِي
الْجَوَازِ إِلَى طُلُوْعِ الْفَجْرِ الثَّانِيْ) أَيِ الصَّادِقِ وَهُوَ
الْمُنْتَشِرُ ضَوْؤُهُ مُعْتَرِضًا بِالْأُفُقِ
Adapun fajar Kadzib, maka terbitnya / muncul sebelum fajar
Shodiq, tidak membentang akan tetapi memanjang naik ke atas langit,
kemudian hilang dan di ikuti oleh kegelapan malam. Dan tidak ada hukum
yang terkait dengan fajar ini.
وَأَمَّا الْفَجْرُ الْكَاذِبُ فَيَطَّلِعُ قَبْلَ ذَلِكَ لَا
مُعْتَرِضًا بَلْ مُسْتَطِيْلًا ذَاهِبًا فِي السَّمَاءِ ثُمَّ يَزُوْلُ
وَتَعْقِبُهُ ظُلْمَةٌ وَلَا يَتَعَلَّقُ بِهِ حُكْمٌ
Asy Syekh Abu Hamid menjelaskan bahwa sesungguhnya sholat Isya’ memiliki waktuKarahah, yaitu waktu di antara dua fajar.
وَذَكَرَ الشَّيْخُ أَبُوْ حَامِدٍ أَنَّ لِلْعِشَاءِ وَقْتَ كَرَاهَةٍ وَهُوَ مَا بَيْنَ الْفَجْرَيْنِ
Sholat Subuh
Dan Subuh, maksudnya sholat Subuh. Secara bahasa, Subuh
memiliki arti permulaan siang (pagi). Disebut demikian karena dikerjakan
di permulaan siang (pagi).
(وَالصُّبْحُ) أَيْ صَلَاتُهُ وَهُوَ لُغَةً أَوَّلُ النَّهَارِ وَسُمِّيَتِ الصَّلَاةُ بِذَلِكَ لِفِعْلِهَا فِيْ أَوَّلِهِ
Seperti halnya sholat Ashar, sholat Subuh juga memiliki lima waktu. Salah satunya adalah waktufadlilah. Yaitu awal waktu.
وَلَهَا كَالْعَصْرِ خَمْسَةُ أَوْقَاتٍ أَحَدُهَا وَقْتُ الْفَضِيْلَةُ وَهُوَ أَوَّلُ الْوَقْتُ
Yang kedua adalah waktu ikhtiyar. Mushannif menjelaskannya
di dalam ucapan beliau, “awal waktu sholat Subuh adalah mulai terbitnya
fajar kedua, dan akhirnya di dalam waktu ikhtiyaradalah hingga isfar,
yaitu waktu yang sudah terang.
وَالثَّانِيْ وَقْتُ اخْتِيَارٍ وَذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ فِيْ
قَوْلِهِ (وَأَوَّلُ وَقْتِهَا طُلُوْعُ الْفَجْرِ الثَّانِيْ وَآخِرُهُ
فِي الْاِخْتِيَارِ إِلَى الْإِسْفَارِ) وَهُوَ الْإِضَاءَةُ
Yang ketiga adalah waktu jawaz. Dan mushannif
mengisarahkannya dengan ucapan beliau, “dan di dalam waktu jawaz,
maksudnya disertai dengan hukum makruh adalah hingga terbitnya matahari.
وَالثَّالِثُ وَقْتُ الْجَوَازِ وَأَشَارَ لَهُ بِقَوْلِهِ (وَفِي الْجَوَازِ) أَيْ بِكَرَاهَةٍ (إِلَى طُلُوْعِ الشَّمْسِ)
Dan yang ke empat adalah waktu jawaz tanpa disertai hukum makruh adalah sampai terbitnya mega merah.
وَالرَّابِعُ جَوَازٌ بِلَا كَرَاهَةٍ إِلَى طُلُوْعِ الْحُمْرَةِ
Dan yang ke lima adalah waktu tahrim (haram), yaitu
mengakhirkan pelaksanaan sholat hingga waktu yang tersisa tidak cukup
untuk melaksanakan sholat.
وَالْخَامِسُ وَقْتُ تَحْرِيْمٍ وَهُوَ تَأْخِيْرُهَا إِلَى أَنْ يَبْقَى مِنَ الْوَقْتِ مَالَايَسَعُهَا.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar